Buat people in the same generation as me dan demen Dorama, banyak yang jadiin Long Vacation or Kamisama Mour Sukoshi Dake as their first entry to the Dorama World. Buat gue, that title dipegang ama Beautiful Life. Now, there’s nothing wrong ama dua dorama itu. Long Vacation is almost as good as Beautiful Life but more groovier, and Kamisama is too sappy shit buat gua. Wait a minute, bukannya Beautiful Life itu tragic as shit too? Buat gua sih kaga. Entar deh kita balik kesono.
Ceritanya sih emang typical formulaic cliche yang sebenernya endingnya uda ketebak. Takuya Kimura, meranin Shuji, hairstylist yang sukses but alone gitu, ketemu ama Kyoko, played and acted gracely by Takako Tokiwa, cewe, penjaga perpustakaan yang kutubuku, and happy go Lucky banget. Kyoko tapi lumpuh. Dia uda gak bisa ngegunain kakinya since like ever, gw agak lupa sih kenapa, but intinya dia sakit lah. Si Kyoko itu walo disabled, tapi sebenernya hidup a fairly normal life, with a very very overprotected brother looming around her. Dan dia uda accept, kalo lovelife itu uda gak mungkin banget ada buat dia. And then that Damn Shuji came along. dan menarik perhatian dia. Why? Because Shuji treat her not like a disabled person. Shui memperlakukan dia kaya a real human being, tanpa barrier yang selalu ada diantara kita manusia normal setiap kali kita berinteraksi dengan disabled person. Yah, inti ceritanya sih tentang kehidupan cinta mereka berdua.
Good Script. Good Acting. Good Atmosfer. And good soundtrack too..
Now, kembali ke point yang gue sebutin di awal tadi. Buat gue, Beautiful Life is not a tragic dorama. Why? Because series ini ngajarin kita buat ikhlas dan berjalan maju berbarengan, without ever forgetting. Bukannya ngelupain, pindah dan berjalan maju. Endingnya, obviously, si Kyoko mokad ye. And goddamn, adegan pas si Shuji ngedandanin tubuhnya si Kyoko yang uda gak bernyawa buat terakhir kalinya still hard to watch even today, 15 years later setelah gua nonton itu pertama kalinya. Motherfuckin tear-jerker abis. But perpisahannya Shuji ama Kyoko itu bukan something yang perlu disedihin menurut gue. It is meant to be. It is the way for Shuji buat belajar kalo hidup itu indah banget, seperti yang si Kyoko bilang before. Bittersweet banget sih emang, but they both know their time is limited and they both believe in each other! That’s what important.
I totally recommend this series buat orang2 yang demen good old classic love drama. Di tengah2 kepopuleran drama2 korea yang typical, klise, basi dan ketebak banget(walo gue blm pernah coba nonton sih, but prejudice boleh dong. Dan gua gak pernah salah in my own blog. LOL), coba deh tonton Beautiful Life. Even for hardcore hollywood moviegoers, you’ll find something to like in this dorama. I know, tetep aja ada beberapa adegan yang meh, but overall, semua adegan yang ketebak itu bakalan ketutup ama betapa naturalnya acting dan script yang ngikutin kedua tokoh utama di dorama ini. It will teach you something. Ato setidaknya bakalan bikin elu ngerasain air mata sendiri deh…